Introduction

Spanning an expansive archipelago of over 17,000 islands, Indonesia has a rich legacy in the oil and gas industry. However, its vast geological spread, once an asset as a robust net exporter of oil, and a valued member of OPEC, now underscores a unique challenge. The nation, which experienced peaks in oil production in the 1990s, now faces aging assets across its almost 2 million square miles, dwindling reserves exacerbated by limited investment in exploration and an uphill battle to climb to meet its true capability.

Terhampar lebih dari 17.000 pulau, Indonesia memiliki sejarah yang panjang di industri minyak dan gas. Sebagai eksportir minyak bumi dan salah satu anggota penting dari OPEC, saat ini Indonesia memiliki tantangan tersendiri dalam menjaga dan meningkatkan kapasitas minyak dan gas bumi. Indonesia yang pernah mencapai puncak produksi minyak dan gas bumi pada tahun 1990-an, kini harus dihadapkan dengan tantangan dimana aset-aset pengeboran dan produksi yang semakin menua, kurangnya investasi dari para pelaku minyak dan gas bumi serta berkurangnya cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia menjadi penyebab utama terhambatnya pencapaian target minyak dan gas bumi di Indonesia.

Indonesia 02426f8294f8881a63deaa90e5e804df

Navigating the present: Challenges and shifts

These declining reserves and aging oil and gas infrastructure have unsurprisingly resulted in a decrease in oil production and rising concerns about Indonesia’s potential about its future role in the region’s energy landscape.

Penurunan cadangan minyak dan gas bumi dan infrastruktur yang semakin menua mengakibatkan produksi minyak dan gas bumi Indonesia semakin menurun. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi industri energi Indonesia baik nasional maupun regional di masa yang akan datang.

All of this has also led to an increase in imports for the country’s energy needs, with oil imports covering about 50% of the country’s usage. As a result, energy security, like for most nations, is high on the agenda. In an attempt to bolster domestic supply, in January 2023 the country announced plans to auction ten oil and gas working areas. And work is already in motion, a significant gas discovery in South Andaman in December is setting the region up for success in 2024.

Tantangan-tantangan tersebut memicu pemerintah Indonesia untuk mengambil keputusan melakukan impor minyak dan gas bumi sebesar 50% dari kebutuhan negara, guna memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, sehingga isu keamanan energi menjadi fokus utama Indonesia dalam memperkuat pasokan minyak dan gas bumi domestik. Sebagai langkah responsif dalam menghadapi tantangan tersebut, pemerintah Indonesia, pada Januari 2023, mengumumkan rencana untuk melelang 10 wilayah kerja minyak dan gas bumi yang tersebar di wilayah Indonesia, yang berujung pada penemuan cadangan gas bumi yang cukup signifikan di Andaman Selatan pada bulan Desember 2023 lalu. Penemuan ini memberikan harapan dalam pencapaian target minyak dan gas bumi Indonesia di tahun 2024.

Shifting from the new back to the old, the country’s rich heritage in oil and gas brings about its own problems. At the end of December 2023, SKK Migas revealed the country remained 48,000 barrels per day short of its annual oil lifting targets, attributing the stagnant growth on unplanned shutdowns as a result of anomalies such as pipe leaks and equipment failures. With its production prime in the latter part of the 20th century a waning memory, Indonesia faces a stark reality that its infrastructure and assets are no longer at their peak. Without modernisation, the risk of inefficiencies and failures grow, further hampering production capabilities. As Indonesia confronts these realities, the need for a 21st century solution becomes clear.

Bergeser kembali melihat kepada tantangan yang dihadapi saat ini. Pada akhir Desember 2023, SKK Migas mengungkapkan bahwa produksi minyak dan gas bumi Indonesia masih memiliki kekurangan hingga 48.000 barel per hari dari target produksi yang telah ditetapkan di awal tahun 2023. Hal ini disebabkan karena banyaknya aset yang berhenti beroperasi di luar jadwal yang ditentukan, yang dipicu oleh kelainan dan kerusakan yang terjadi pada aset produksi, seperti kebocoran pipa dan kerusakan peralatan produksi. Dengan sejarah puncak kejayaan produksi di abad ke-20 yang semakin memudar, Indonesia saat ini dihadapkan dengan kenyataan infrastruktur dan aset produksi minyak dan gas bumi yang saat ini beroperasi sudah tidak lagu berada di puncak performanya, dan tanpa adanya modernisasi dan digitalisasi, resiko meningkatnya penurunan performa aset dan meningkatnya angkat aset yang berhenti beroperasi, semakin mengurangi kapabilitas produksi minyak dan gas bumi Indonesia.

Environmental pollution industry exterior daylight

Digitalisation: Unveiled potential

Key to solving these challenges is an awareness that digitalisation could provide a solution to a sector with as many operational silos as there are islands. Digitalising operations can bring a whole host of benefits such as reducing asset downtime and improving worker productivity and on-site execution efficiency, by bringing together data that helps to paint a vivid picture of an asset’s real-time status.

Kunci utama dalam mengatasi tantangan ini adalah dengan menyadari pentingnya digitalisasi dilakukan guna memberikan solusi bagi operasi minyak dan gas bumi yang tersebar di seluruh penjuru wilayah Indonesia dan terpisah oleh banyak pulau. Digitalisasi dapat memberikan banyak manfaat terhadap operasi minyak dan gas bumi, seperti mengurangi waktu henti aset, meningkatkan produktivitas pekerja, dan efisiensi pelaksanaan di lapangan, dengan menggabungkan data untuk membantu memberikan gambaran yang jelas dan status real-time sebuah aset.

In Indonesia, assets are typically in very remote locations with limited data connectivity. Modern digital systems, such as digital twins, can support the rapid integration of data to allow engineers and managers to instantly visualise the reality of the situation without wasting time on lengthy data gathering activities. Centralised digital systems, can bring together asset data from the most remote corners of Indonesia, helping local oil and gas companies, as well as government entities which provide support and funding, to better understand safety and asset operating status.

Di Indonesia, aset umumnya berlokasi di tempat yang sangat terpencil dengan konektivitas data yang terbatas. Sistem digital modern, seperti digital twins, dapat mendukung integrasi data secara cepat yang memungkinkan para engineer dan manager dapat melihat sebuah realita situasi dan kondisi aset secara instan tanpa harus membuang waktu melalui proses pengumpulan data yang panjang. Sistem digital twin dapat memberikan kapabilitas untuk mengumpulkan data dari sebuah aset yang berlokasi di sudut terpencil Indonesia, membantu perusahaan-perusahaan minyak dan gas, serta entitas pemerintah yang memberikan dukungan dan pendanaan bagi operasi minyak dan gas bumi, untuk lebih memahami keselamatan dan status operasional aset yang dimiliki.

Digital solutions providers, like AIS, that provide asset visualisation in high-definition clarity, can help Indonesian energy producers access enriched views of their assets through centralised, digitalised systems of data management. Pin-pointing exact anomalies, faults and risks,this real-time overview of an aging infrastructure, in remote and unforgiving environments, can plug the gaps in operations.

Penyedia solusi digital, seperti AIS, yang menyediakan visualisasi aset dengan definisi tinggi, dapat membantu produsen energi Indonesia mengakses gambaran yang jelas dan terperinci dari aset-aset yang mereka miliki melalui sistem pengelolaan data yang terpusat dan terdigitalisasi. Dengan menunjukkan anomali, kerusakan, dan resiko operasional secara tepat dan real-time, terutama pada aset-aset tua, terpencil dan sulit dijangkau, AIS dapat mengisi celah-celah yang terdapat di operasi minyak dan gas bumi di Indonesia.


AIS oil barrel 2

A lens to the future

Indonesia has a unique set of challenges, but as it navigates changing tides, digitalisation presents an opportunity to maximise output, enhance efficiency and bolster security. By harnessing the power of technology-led solutions like AIS’ R2S now, Indonesia will not only solve its current obstacles, but lay the groundwork for a successful and prosperous future for its energy industry.

Indonesia memiliki serangkaian tantangan yang unik, tetapi seiring dengan perubahan yang terjadi, digitalisasi membuka peluang untuk memaksimalkan produksi minyak dan gas bumi, meningkatkan efisiensi, dan mendukung keamanan operasional. Dengan memanfaatkan solusi berbasis teknologi seperti R2S dari AIS saat ini, Indonesia tidak hanya akan mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi saat ini, tetapi juga menyiapkan landasan kesuskesan bagi masa depan industri energi Indonesia.

Rsz 2microsoftteams image 66